Namaku Amanda, dulu aku tidak menyukai dengan yang namanya cokelat.
Entah kenapa aku tak menyukai, tak ada alasan khusus dan rasanya enggan saja
untuk mencicipi cokelat. Dan ternyata ada seorang laki-laki yang berhasil
membuat aku jatuh cinta dengan cokelat. Dia adalah Fahmi, dia tak hanya
membuatku jatuh cinta dengan cokelat tapi dia juga berhasil membuatku jatuh
cinta padanya. Dia laki-laki pertama yang membuat aku benar-benar susah untuk
tidur karena terlalu sering memikirkannya. Sebelum Fahmi pergi ke luar negeri,
sering membuatkan aku cokelat panas. Bukan hanya cokelat panasnya saja yang
membuat aku rindu tapi cara dia memperlakukan aku yang membuat aku selalu
merindukannya.
Aku bertemu Fahmi di kedai kecil miliknya. Saat itu aku bersama
Edwin, pacarku yang sekarang menjadi mantan kekasihku. Edwin selalu mengajakku
ke kedai itu, memang kedai itu terkenal dengan cokelat panasnya. Tapi tak ada
terbesit dibenakku untuk mencobanya, aku hanya tertarik dengan kopi yang
disediakan di menunya saja.
Karena terlalu sering Edwin mengajakku ke kedai itu, aku merasa Fahmi
selalu memperhatikan aku di sela-sela dia melayani pelanggannya. Suatu hari aku
ke kedai sendirian, niatnya menikmati kopi sekalian mengerjakan tugas kuliah
yang sangat banyak. Biasanya sih bukan Fahmi yang mengantarkan pesanan,
biasanya dia hanya di meja kasir dan kadang membantu menyiapkan pesanan
pelanggannya.
Melihat wajah aku yang kusut karena kesulitan dalam mengerjakan
tugas. Fahmi mencoba bertanya ada apa denganku, apa aku butuh bantuannya. Entah
karena iba atau apa, Fahmi ingin membantuku.
Ternyata dia pintar bisa membantu tugasku yang menurutku memang susah sekali. Awalnya
aku cuek dengannya namun lama kelamaan dia bisa mencairkan suasana. Rasanya aku
sudah mengenalnya sejak lama.
Setelah selesai mengerjakan tugas, kita ngobrol panjang lebar. Aku
yang aslinya cuek dengan orang baru tapi kali ini aku benar-benar berbeda.
Semakin lama berbagi cerita dengannya aku merasa nyaman. Dia juga bertanya
padaku mengapa aku tak bersama Edwin, saat itu Edwin sedang sibuk dan aku ingin
menghabiskan waktu sendirian.
Saat itu aku sangat terbuka padanya, aku juga heran mengapa aku bisa
terbuka dengan orang yang baru aku kenal. Mungkin Fahmi orang yang spesial, dia
mampu membuat orang nyaman saat bersama dia. Fahmi sempat menawarkan aku
cokelat panas dan aku langsung menolaknya. Aku lebih memilih kopi daripada
harus minum cokelat panas itu, aku bercerita mengapa aku tak suka dengan apapun
yang berbau cokelat. Fahmi pun tertawa dan berjanji akan membuatku suka dengan
cokelat.
Semakin hari Edwin makin sibuk dengan kerjaannya, Edwin seorang
fotografer.Kadang aku takut dia kepincut dengan modelnya yang jelas lebih
cantik dibanding aku. Disaat Edwin sibuk dengan pekerjaannya aku selalu membuat
diriku tetap bahagia walaupun hariku tanpa Edwin. Aku memutuskan untuk ke
kedainya Fahmi, saat itu Fahmi benar-benar bisa menghiburku. Dia mengubah
suasana hati dari yang galau menjadi bahagia, Fahmi benar-benar hebat bisa
menakhlukan manusia cuek seperti aku dalam waktu kurang dari seminggu.
Hari itu Fahmi menawarkan lagi cokelat panas kepadaku, namun
lagi-lagi aku menolaknya. Dan Fahmi pun tetap membuatkan aku cokelat panas itu,
setelah selesai membuatkan cokelat panas Fahmi menyuruhku untuk mencobanya. Aku
pun masih belum ingin mencobanya, Fahmi tak pantang menyerah untuk membuatku
mencicipi cokelat panas spesial buatannya.
Karena aku tak ingin mengecewakannya yang sudah mau membuatkan
cokelat panas untukku, akhirnya aku mencicipi cokelat panas itu sedikit demi
sedikit. Dan aku tak menyangka cokelat panasnya begitu istimewa lebih istimewa
dari kopi istimewa sekali pun. Fahmi sudah menepati janjinya yang ingin
membuatku menyukai cokelat.
Hampir setiap hari aku bertemu dengan Fahmi, dia mencoba meluangkan
waktunya hanya untuk mendengar keluh kesahku tentang Edwin. Aku memang
mencintai Edwin tapi akhir-akhir ini Edwin jarang ada waktu untukku. Sepertinya
saat itu Fahmi menggantikan Edwin, aku merasa Fahmi bisa membuat aku lebih
nyaman dan selalu ada untukku.
Apakah kesetiaan aku sedang di uji dengan kehadiran Fahmi dalam
kehidupanku? Atau kah memang Fahmi hadir benar-benar untukku? Entahlah,
perlakuan Fahmi padaku membuat aku sulit tidur. Aku saja tak tau apakah Fahmi
begitu karena dia menyukai atau memang karena dia memang baik pada semua orang.
Dia saja bisa membuat aku menyukai cokelat yang sejak kecil aku tak suka, apa
mungkin sekarang dia membuat aku menyukainya?
Besoknya aku mengajak Edwin untuk menonton bioskop, namun seperti
biasanya Edwin beralasan dia sibuk dengan kerjaannya. Aku memutuskan untuk ke
kedai Fahmi untuk membuat perasaan aku lebih membaik. Dalam perjalan menuju
kedai Fahmi, aku melihat lelaki mirip Edwin bersama wanita cantik. Aku mencoba
melihatnya dari dekat dan ternyata memang benar itu Edwin. Dia memang jujur
padaku dia sedang sibuk dengan kerjaannya tapi mengapa wanita itu begitu dekat
dengannya? Apa dia sudah tak mencintai aku dan memilih wanita lain? Jika memang
benar, aku rela pergi dari hidup Edwin. Daripada aku harus tetap bersama dengan
lelaki yang telah membohongi aku.
Aku pun mendekati Edwin, Edwin pun terkejut melihat kehadiran aku.
Dia mencoba menjelaskan apa yang terjadi, aku bingung aku harus bagaimana
melihat kenyataan ini? Kenyataan kalau Edwin sudah mengkhianati aku, aku
mencoba untuk setia padanya tapi dia malahan mengkhianati aku. Aku meninggalkan
Edwin dan saat itulah hubungan aku dan dia berakhir.
Aku pun duduk sendiri di tempat yang tak jauh dari tempat aku melihat
Edwin, aku merasa lemas saat itu. Tiba-tiba Fahmi menghampiri aku, aku kaget
dengan kehadirannya. Aku langsung menghapus air mataku. “Hey, kok nangis?
Kenapa?” Tanya Fahmi.
Namun aku hanya senyum padanya. Lalu dia mengajakku pergi tanpa kata-kata dia
langsung menarikku pergi. Ternyata dia mengajakku ke kedainya, dia membuatkan
aku cokelat panas untukku. “Diminum, siapa
tau bisa buat kamu senyum lagi”, ucapnya.
Sambil menikmati cokelat panas itu, aku mencoba menceritakan semuanya pada
Fahmi. Dia mencoba menghibur aku dengan candaan konyolnya, sepertinya aku sudah
tenang dan tak mau terlalu lama menangisi Edwin. Karena ada Fahmi yang selalu
ada buat aku, dia mungkin bisa menjadi obat untuk sakit hati ini. Namun aku juga
tak mau banyak berharap agar Fahmi juga memiliki rasa yang sama denganku, aku
tak mau aku semakin sakit hati.
Fahmi mengantarkan aku pulang kerumah, hari ini Fahmi sudah membuat
aku sedikit lupa dengan pengkhianatan Edwin. “Hey Amanda
jangan sedih lagi yah, kamu gak pantas untuk sedih seperti itu.” ucapnya. “Terima kasih
banyak yah,” kataku. “Love you.” Ucapnya
samar-samar. Aku menanyakan kembali apa yang dia katakan tadi namun dia hanya
tersenyum dan pamit untuk pulang. Aku padahal mendengar apa yang dia katakan
tapi aku tak tau apa maksudnya mengatakan itu. Ingat, aku tak boleh kepedean
dulu siapa tau itu hanya ucapan biasa dan tak bermakna. Sambil ngemil cokelat,
aku memikirkan perkataan Fahmi tadi. Meskipun Fahmi tak benar-benar ingin
mengungkapkannya saat itu tapi aku kepikiran terus. Gara-gara aku sibuk
memikirkan Fahmi, aku sampai lupa kalo aku telah dikhianati Edwin.
Tiga bulan berlalu, aku semakin dekat dengan Fahri. Rasanya aku tak
tahan lagi memendam perasaan sayangku padanya. Aku memutuskan untuk
mengungkapkan perasaanku padanya, ya apa salahnya aku duluan yang beri tau dia
kalau aku menyukainya. Aku pun segera menemuinya namun didepan pintu sudah ada
Fahmi. Aku kaget, melihat kehadiran Fahmi yang tidak aku duga.
Tiba-tiba Fahmi memegang tanganku sambil tersenyum melihat aku,
kemudian dia mengungkapkan perasaannya padaku. Dia bilang dia sudah mengagumi
aku sejak pertama aku datang ke kedainya, namun sayang saat itu aku masih
menjadi milik Edwin. Dia bilang dia memang sayang padaku tapi dia tak berani
untuk mengajakku berpacaran, bukan karena dia tak ingin menjalin hubungan
denganku. Tapi karena setelah dia mengungkapkan perasaannya padaku dia akan
pergi meninggalkan aku. Dia akan pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan
penyakitnya yang dia sembunyikan dariku. Dia memang istimewa untukku, rasanya
aku tak rela untuk kehilangan dia.
Kenapa disaat aku tau perasaan Fahmi yang
sebenarnya dan saat itu pula dia harus pergi? Mungkin dia tak meninggalkan aku
selamanya tapi aku tak siap untuk memulai hari tanpanya.
Kami memang saling mencinta tapi kami tidak saling memiliki. Fahmi
hanya ingin memberi tau aku apa yang dia rasakan padaku, dia belum berani untuk
memiliki aku saat dia jauh dariku dan dia takut mengecewakan aku. Hubungan kita
tetap seperti dulu meskipun jarang komunikasi karena disana dia sibuk
memulihkan kesehatannya. Fahmi janji padaku dia akan kembali setelah dia sembuh
dari penyakitnya dan membawakan aku oleh-oleh cokelat yang banyak. Dan satu
lagi dia akan membuatkan aku cokelat panas rasa cinta.
Mungkin aku jauh dengannya, tidak munafik memang aku sangat
merindukan hal apapun darinya. Aku hanya bisa berdoa untuk kesembuhan orang
yang sangat aku sayangi. Aku hanya bisa berharap jika dia kembali nanti, dia
masih menyimpan cintanya yang dulu untukku. Semoga setelah dia kembali nanti
dia tetap seperti Fahmi yang dulu, Fahmi yang selalu ada untukku. Dan cokelat
panasnya yang memang istimewa, aku pernah mencoba membuatnya namun sayang
rasanya berbeda dengan buatan Fahmi. Ya jelas beda karena cokelat panas itu dia
tambahkan dengan cintanya.
Sudah hampir satu tahun dia meninggalkan aku, namun aku tetap
menunggunya kembali. Karena dia sudah mengisi hatiku dan hanya dia yang mengisi
hati ini. Fahmi memberi tau aku hari ini dia pulang dari luar negeri. “Amanda, aku
sudah bawakan oleh-oleh cokelat yang aku janjikan. Tapi maaf jika aku pulang
nanti aku tak sempat menepati janjiku untuk membuatkan kamu cokelat panas itu
lagi. Kamu coba deh buat lagi agar bisa mirip seperti buatan aku.” Ucapnya melalui
pesan singkat.
Aku memang sedikit kecewa, tapi tak apalah mungkin Fahmi memang
kelelahan. Yang penting aku bisa bertemu orang yang aku sayangi setelah satu
tahun kami tak berjumpa. Aku tak sabar untuk bertemu dengannya,
Besok paginya dia menelfon aku dan mengabari aku jika dia sudah ada
dirumah. Aku segera menuju rumahnya dengan perasaan gembira. Dan akhirnya aku
bisa bertemu dengan orang yang aku sayang, tapi mengapa wajahnya begitu pucat?
Apa dia belum sembuh? Senyum sumringahku tadi berubah jadi air mata melihat
keadaan Fahmi yang pucat pasi.
“Hey Amanda, kamu gak seneng yah ketemu
aku lagi?”
“Aku seneng kok, seneng banget malahan.”
“Yaudah hapus ah air matanya, nanti mamah
nyangka aku jahatin kamu lagi. Yuk ikut aku ke dapur, aku mau buatkan kamu
cokelat panas. Oh iya aku juga gak lupa kok sama janji aku bawain oleh-oleh.” Ucapnya sambil
mengusap air mataku, aku hanya bisa tersenyum. Lalu dia mengajak aku ke dapur.
Fahmi pun membuatkan aku cokelat panas, setelah membuatkan cokelat
panas untukku Fahmi mengajak aku kekamarnya untuk mengambil oleh-oleh itu.
Sampai dikamarnya Fahmi langsung rebahan ditempat tidurnya.
“Amanda, kamu ambil saja cokelatnya di
tas dekat lemari. Aku ingin istirahat sebentar dulu, aku lelah.” Ucapnya, aku
pun mengambil cokelatnya. “Ada ?”
“iya ada, Fahmi padahal aku tak masalah
kamu tak membawakan aku oleh-oleh. Yang terpenting kamu pulang dengan sehat.
Apa kamu sehat sekarang?”
“aku sehat dan sangat sehat hanya saja
sekarang aku kelelahan, aku seneng loh bisa ketemu kamu lagi.”
Beberapa hari kemudian aku melihat Fahmi sudah lebih segar dari
sebelumnya. Fahmi memegang tanganku. Dan dia berkata dia menyayangiku dan tak
mau pergi dari aku lagi.
“Amanda, kali ini aku memberanikan diri.
Aku sayang sama kamu, aku mencintaimu tanpa alasan apapun karena apa karena
cinta tak butuh alasan. Dan kamu tau? Kamu itu alasan kenapa aku semangat untuk
sembuh dan kembali menemuimu. Karena aku tak mengecewakanmu. Rupanya Allah
mengijinkan aku untuk sembuh dan untuk menemuimu kembali. Aku tak ingin menjadi
pacarmu, tapi ijinkan aku menjadi imam yang baik untukmu.”
Aku benar-benar sulit berkata-kata aku hanya menganggukan kepala dan
memeluknya. Karena aku mau memulai kebahagiaan dengannya. Dia benar-benar
serius padaku, dia benar-benar ingin menjadi teman hidupku. Beruntungnya aku
bisa mengenalnya dan memiliki hatinya. Dan sekarang dia mengajakku untuk
menjadi makmumnya, semoga dia adalah memang jodohku yang diplihkan Allah untuk
menemani hidupku.
Komentar
Posting Komentar