Aku yang MelupakanMu

Ketika tak ada bahu untukku bersandar, aku lupa masih punya tempat untukku mencurahkan keluh kesahku padaNya.
Mengapa aku bisa lupa akan hal itu? Ketika 'mungkin' aku tak punya kawan lagi untukku bersandar sejenak lelah menghadapi kehidupan ini, aku hampir lupa aku masih bisa bersujud kepada sang penciptaku. Aku bisa bercerita tentang hidupku yang cukup 'menyenangkan' ini tanpa perlu memikirkan apakah Ia suka atau tidak mendengar ceritaku ini. Aku cukup lega mengungkapkan keluh kesah ini. Aku cukup membaik, aku tak cukup berambisi untuk mencari tempatku bersandar. Bersujud padaNya begitu menenangkanku. 
Mengapa aku baru sadar akan semua ini? 
Mungkin aku hampir lupa bagaimana cara bersujud padaNya jika hidupku tak 'semenyenangkan' ini.


Komentar